Kelangsungan hidup sebuah perusahaan tergantung pada kemampuannya dalam memaksimalkan keuntungan dengan sumber daya yang dimiliki. Agar dapat meningkatkan dan mempertahankan tingkat profitabilitas, pemimpin perusahaan harus berusaha keras untuk membuat karyawannya “engaged”.
Namun, para pemimpin terkadang membatasi fokus pada penyesuaian organisasi dalam merespon perubahan pada satu sisi yaitu produk/jasa. Memahami bagaimana mengelola keseimbangan antara hubungan karyawan, inovasi, dan memaksimalkan profitabilitas jangka pendek sangat penting untuk memastikan masa depan yang layak bagi perusahaan.
Penggunaan teknologi canggih, tenaga kerja trampil serta efisiensi proses membantu meningkatkan efisiensi di banyak organisasi dan perusahaan besar. Namun, karyawan yang dis-engaged dengan menurunnya produktivitas akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan secara signifikan. Oleh karena itu, kelangsungan hidup suatu perusahaan akan sangat dipengaruhi oleh employee engagement. Sebaliknya, peningkatan produktivitas karyawan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan organisasi.
Produktivitas organisasi ditentukan oleh upaya dan keterlibatan karyawan (Musgrove, Ellinger, & Ellinger, 2014). Kompetensi interpersonal karyawan mempengaruhi produktivitas, sehingga para pemimpin perusahaan perlu mulai memantau bagaimana kompetensi interpersonal yang mempengaruhi produktivitas. Dari hasil pantauan tersebut, para pemimpin perusahaan dapat merumuskan kebijakan yang tepat terkait employee engagement.
Definisi Employee Engagement
Employee engagement didefinisikan sebagai usaha yang dilakukan perusahaan guna memahami hubungan antara perusahaan dengan karyawannya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif (Wikipedia). Konsep employee engagement ini awalnya dipopulerkan oleh Gallup Consultant pada 2004 dan terus diadopsi prinsipnya hingga saat ini.
Employee engagement melihat bagaimana seorang karyawan dapat loyal dalam bekerja. Tidak hanya sekedar menyelesaikan tugas yang diberikan, namun juga dapat menyelesaikan tepat waktu dengan kualitas yang baik, serta mereka pun merasa bangga akan pekerjaan mereka.
Empat elemen yang perlu diperhatikan dalam employee engagement, yaitu komitmen, motivasi, loyalitas dan kepercayaan. Tinggi rendahnya elemen-elemen tersebut menentukan kualitas engagement setiap karyawan.
Selain itu, komunikasi dua arah tentang tantangan, potensi ancaman, visi dan nilai-nilai serta masa depan organisasi harus dikembangkan. Komunikasi merupakan tulang punggung organisasi apapun. Tanpa komunikasi yang baik dan lancar, organisasi akan sulit untuk dapat bertahan lama. Melakukan komunikasi terbuka dengan karyawan dapat memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam menjalankan pekerjaan.
Budaya organisasi, lingkungan kerja, sistem penghargaan yang konsisten termasuk kompensasi, tunjangan serta pengembangan diri karyawan merupakan alat yang efektif dalam meningkatkan engagement karyawan.
Mengukur Employee Engagement dengan Gallup’s Q12 Index.
Ada 12 kebutuhan yang perlu dipenuhi oleh manajer untuk meningkatkan produktivitas karyawanya. Berikut ini adalah 12 kebutuhan karyawan yang menjadi item dalam survei engagement Gallup :
- Saya mengerti apa yang diharapkan dari kerja saya.
- Saya mendapatkan peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan unutk menjalankan pekerjaan.
- Saya selalu mendapatkan kesempatan untuk melakukan yang terbaik di tempat bekerja.
- Dalam seminggu ini, saya telah menerima apresiasi atas hasil kerja saya yang sesuai target.
- Atasan saya memperlakukan saya secara humanis.
- Ada pihak yang mendukung pengembangan diri saya di tempat bekerja.
- Pendapat saya dihargai.
- Misi dan tujuan perusahaan membuat saya merasa bahwa tugas yang saya emban sangat penting.
- Rekan kerja saya memiliki komitmen untuk menjalankan tugas dengan baik.
- Saya memiliki teman baik di tempat kerja.
- Dalam 6 bulan ini, atasan saya mendiskusikan tentang peningkatan kemampuan dan kinerja saya.
- Tahun lalu, saya mendapatkan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan diri.
Tujuan survei tersebut bukan hanya sekedar agar karyawan menyelesaikan survei. Namun, tujuan utamanya adalah untuk membangun komunikasi antara manajer dengan setiap karyawan mereka. Dengan survei ini karyawan dapat mengkomunikasikan kebutuhan mereka, sehingga para manajer dapat mengetahui kebutuhan mana yang menjadi prioritas untuk dipenuhi.
Kesimpulannya, memahami faktor-faktor pendorong, pengukuran dan peningkatan employee engagement akan meningkatkan proitabilitas perusahaan melalui inovasi dan menurunkan tingkat turnover karyawan.
REFERENCE :
- Musgrove, C., Ellinger, A. E., & Ellinger, A. D. (2014). Examining the influence of strategic profit emphases on employee engagement and service climate. Journal of Workplace Learning, 26, 152–171. doi:10.1108/JWL-08-2013-0057.
- https://www.gallup.com/workplace/356063/gallup-q12-employee-engagement-survey.aspx